Membicarakan
pemuda tak lengkap jika tidak juga membicarakan pergerakannya dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara. Secara harfiah, pergerakan berarti bergerak. Dalam
sejarah perjuangan bangsa Indonesia, gerakan pemuda (mahasiswa) seringkali
menjadi cikal-bakal perjuangan nasional, seperti yang
tampak dalam lembaran sejarah bangsa. Dua puluh satu tahun setelah Indonesia merdeka, pemuda kembali berperan dalam membangun bangsa, dengan andil mereka mengkritisi kebijakan presiden Soekarno. Pada masa itu ada satu tokoh pemuda yang sangat idealis dan menjadi panutan banyak orang hingga hari ini. Tak peduli dijauhi ataupun dimusuhi, dia tetap memegang teguh dan mencurahkan pandangan idealisnya untuk bangsa ini. Tokoh itu bernama: Soe Hok Gie.
tampak dalam lembaran sejarah bangsa. Dua puluh satu tahun setelah Indonesia merdeka, pemuda kembali berperan dalam membangun bangsa, dengan andil mereka mengkritisi kebijakan presiden Soekarno. Pada masa itu ada satu tokoh pemuda yang sangat idealis dan menjadi panutan banyak orang hingga hari ini. Tak peduli dijauhi ataupun dimusuhi, dia tetap memegang teguh dan mencurahkan pandangan idealisnya untuk bangsa ini. Tokoh itu bernama: Soe Hok Gie.
Saat
ini, degradasi nasionalisme dalam diri pemuda Indonesia muncul karena kegagalan
dalam merevitalisasi dan mendefinisikan pemahaman nasionalisme. Kegagalan
tersebut menyebabkan sepinya sosok pemuda Indonesia yang dapat diteladani.
Akibatnya, peran orang tua masih mendominasi segala sektor kehidupan berbangsa
dan bernegara. Kondisi semakin parah karena kurang maksimalnya distribusi
pembangunan sehingga menumbuhkan semangat etnosentrisme yang jika dibiarkan
akan mengancam eksistensi NKRI. Selain itu, pemuda Indonesia umumnya belum
sadar akan ancaman arus globalisasi yang menggerogoti identitas bangsa.
Runtuhnya nasionalisme tidak terlepas dari ekspansi tanpa henti dari pengaruh
globalisasi. Saat ini, pemuda Indonesia seperti kehilangan akar yang kuat sebagai
bagian dari elemen bangsa. “Westernisasi terus menggerus nasionalisme, pemuda
lebih enjoy clubbing sebagai salah satu budaya hedonis daripada berdiskusi
mengenai nasionalisme,” perilaku kebarat-baratan itu sudah semakin parah
menjangkiti pemuda, setidaknya di kota-kota besar. Tergerusnya tradisi sebagai
bangsa akibat globalisasi bisa menjadi ancaman besar bagi eksistensi NKRI.
Sedangkan
berbicara mengenai kreatifitas pemuda saat ini, patut disyukuri bahwa mulai
banyak yang kembali berkembang, tidak hanya berupa kesenian. Misalnya
komunitas-komunitas di kampus-kampus, yang mendorong para pemuda menggali
potensi intelektual. Di komunitas-komunitas ini para pemuda dibina dalam
mempelajari iptek dan keilmuan lainnya. Terbukti pada ajang olimpiade, pemuda
Indonesia berhasil memperoleh emas. Hal-hal seperti ini seharusnya mendapat
apresiasi yang besar dari pemerintah, agar nantinya makin banyak pemuda yang
mengasah kreatifitasnya sehingga menciptakan mahakarya-mahakarya bagi negeri
ini dan dapat dijadikan teladan untuk para pemuda lainnya. Karya-karya kreatif
pemuda penting bagi Indonesia di masa mendatang; pemuda perlu mengukir pretasi
di kancah dunia serta membuktikan eksistensi pemuda Indonesia di kancah
Internasional.
Pemuda Masa Kini Menuju Masa
Depan: Dari sekadar Angka Menjadi Aksi Nyata
Pemuda adalah warga negara
Indonesia yang memasuki periode penting pertumbuhan dan perkembangan yang
berusia 16 sampai 30 tahun. Indonesia dengan struktur kependudukan yang
memiliki jumlah pemuda yang besar (berkisar antara 27% dari jumlah penduduk)
memberikan dampak yang besar bagi kemajuan dan kemunduran perekonomian bangsa.
Dalam hal ini menunjukan bahwa posisi pemuda tidak hanya semata-mata sebagai
sumber daya produksi yang berkuantitas besar saja, namun sumber daya yang
memiliki kualitas. Di samping fungsinya sebagai penggerak perekonomian bangsa,
pemuda juga memiliki peran besar dalam penggerak bidang sosial politik, budaya,
olahraga serta ilmu pengetahuan dan teknologi.
Pemuda dengan berbagai
perubahan, masalah, serta potensi yang mereka miliki akan menjadi landasan
utama bagi arah kemajuan suatu bangsa. Masalah yang terjadi saat ini setidaknya
akan dapat menjadi gambaran bagi kita mengenai karakteristik pemuda di masa
yang akan datang. Tingginya sifat konsumtif, rendahnya minat baca, serta
minimnya rasa kebangsaan yang mereka miliki saat ini menyebabkan masih
kurangnya angka produktivitas kaum muda.
Namun di balik itu semua, masih
ada critical mass, sebagian kecil dari para pemuda yang mau mengubah tren yang
cenderung terjadi saat ini. Hal ini dapat dilihat dari mulai meningkatnya
partisipasi aktif pemuda dalam membantu memecahkan masalah-masalah sosial di
sekitar mereka melalui LSM atau komunitas-komunitas yang sesuai dengan minat
dan bakat mereka, seperti Indonesian Future Leaders dan garuda youth community.
Sebuah perubahan kontribusi yang cukup positif ini cukup berdampak bagi
penyelesaian masalah-masalah kepemudaan yang terjadi. Jika hal ini terus
dikembangkan kontribusi pemuda di tahun 2025 pun akan berdampak positif bagi
kondisi kemajuan bangsa dari berbagai sektor, yang pada akhirnya dapat membuat
Indonesia sejajar bahkan selangkah di depan, dibanding negara-negara maju di
dunia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar